Pulang dari Merauke yang memiliki nama lain Mapoh, saya berangkat ke kota Muar di Johor, Malaysia. Secara kebetulan nama Chinese kedua kota tersebut sama persis, yaitu Mapo. Sungguh sebuah kebetulan. Keduanya sama-sama berada di muara sungai. Kalau muara sungai kota Merauke berada di titik Xun, muara sungai kota Muar berada di titik Xu. Secara geografis, letak keduanya bertolak belakang, satu di sisi Tenggara, yang lainnya berada di sisi Barat Laut.
Muar sendiri berasal dari kata Muara, yaitu mulut sungai. Jadi Muar adalah sebuah kota yang berada di mulut sungai, yang bermuara di selat Malaka. Kota tersebut memiliki nama lain yaitu Bandar Maharani.
Muar memiliki sejarah yang sangat tua, bahkan ada yang memperkirakan lebih tua dari pada kota Malaka. Catatan paling awal adalah 1477. Pada abad ke-19, Muar masih merupakan sebuah kota kecil yang diperintah seorang raja. Tahun 1855 diperintah Temenggong Daeng Ibrahim, kemudian diserahkan kepada anaknya Abu Bakar pada tahun 1877. Sedangkan kota Maharani baru disandangnya pada tahun 1884.
Masyarakat Chinese sudah hidup di sana sejak awal. Kebanyakan dari mereka berhasil dari menanam pohon gambir. Orang yang dianggap berjasa ikut mengembangakan kota Muar dari tanaman Gambir adalah Mr Lin Dong Lian. Hingga kini, masyarakat Chinese memiliki peran sangat penting dalam perekonomian Muar. Tentu saja, perdagangan komoditi lain selain gambir juga berkembang baik.
Sebagai kota tua, Muar memiliki sekali gedung-gedung tua. Dimana-mana dapat kita temukan gedung-gedung tua berlumut hijau, gedung perkumpulan Zhang Quan, gedung pemerintahan, gedung perwakilan masyarakat, gedung pengadilan, kelenteng dan lainnya yang masih berdiri kokoh sebagai saksi sejarah. Kota tua ini paling tidak telah mengalami dua malapetaka besar, yaitu kebakaran besar pada tahun 1914 dan pembunuhan besar-besaran oleh tentara Jepang pada masa perang dunia ke-2.
Dari bentuk sungai, dengan mudah dapat kita ketahui bahwa masa awal perkembangan kota Muar dimulai dari pantai muara sisi selatan. Dengan kata lain, muara sungai berada pada titik Xu (Anjing).
1914 masuk dalam periode ke-3 fengshui Xuankong. Separuh dari cakram bintangnya terdiri dari kombinasi angka-angka yang mudah memicu terjadinya kebakaran hebat. 9 2, 5 7, 7 9, 3 5, 2 4, semuanya merupakan kombinasi api. Angka 7 dan 9 berada tepat di Selatan, angka kayu 4 di tengah dan 3 di muara adalah pemicu utama. Ketika bintang tahun 5 masuk tengah dan angka 9 kembali hadir di sektor Selatan pada tahun 1914, maka terjadilah kebakaran hebat di kota tersebut.
Angka 5 disebut Lima Kuning, sebuah bintang pembawa bencana yang mengerikan. Angka tersebut mewakili keberadaan planet Jupiter, planet paling besar dalam tata surya kita. Diyakini, gravitasi planet yang sangat besar itulah yang menimbulkan berbagai efek ketidakseimbangan di muka bumi ini. Periode lima dimulai dari tahun 1944 – 1963. Kita semua tahu, masa itu adalah masa pergolakkan dunia, masa kekacauan dan pengukuhan kekuasaan. Negara kita sendiri merdeka pada masa tersebut. Kota yang titik penting fengshuinya kehadiran angka 5 maupun 2, akan menerima efek buruk yang luar biasa. Secara kebetulan, angka 5 berada di titik Xu kota Muar periode tersebut, jadi tidak heran jika terjadi pembunuhan besar-besaran di kota itu. Saat itu, perkembangan kota telah melangkahi sungai, terbagi menjadi dua wilayah besar kota Utara dan Selatan sungai, karena itu, titik muara bergeser dari Xu menjadi Xin, atau berada di antara Xu dan Xin. Dari cakram bintangnya, anda dapat melihat sendiri keberadaan angka 5 tersebut.
Setelah 2003, periode fengshui memasuki periode 8. Kombinasi angka air 1 dan 6 berkonsentrasi di sektor tengah dan sektor Selatan, mengisyaratkan mudah terjadi bencana air. Bencana itu menjadi kenyataan pada tanggal 19 Desember 2006, tiga hari menjelang hari Dengzhi. Hujan badai besar telah menimbulkan bencana banjir besar yang belum pernah terjadi sebelumnya di kota tua tesebut. Menenggelamkan Muar dan sekitarnya termasuk Pagoh, Gersik, Kundang Ulu, Panchor, Bukit Kepong dan Lenga. Salah satu penyebab, kenapa setiap kali kombinasi bintang tertentu berkonsentrasi di sektor Selatan, selalu memiliki pengaruh sangat besar adalah karena nadi naga kota tersebut datang dari gunung Ledang di Timur Laut, menjalar melalui Timur, sedikit meninggi di Tenggara dan masuk dari sektor Selatan Kota tersebut. Jadi Selatan adalah tempat masuknya nadi Naga, karena itu sangat penting bagi kota tersebut.
Jakarta, 15 April 2009
Xiangyi
Categories: Fengshui
Leave a Reply