Politik negara Indonesia senantiasa mengalami perubahan sehingga sulit sekali ditebak. Jelas-jelas sudah ada kepastian, namun lagi-lagi berubah sekatika hingga kedua belah pihak terkesan berimbang dan menjadi sulit untuk menentukan siapa yang akan keluar sabagai pemenang. Menurut Xiang Yi, jika Indonesia ingin berkembang pesat seperti negara Tiongkok, benar-benar butuh waktu yang tidak singkat dan tidak segampang itu. Partai peringkat kedua dalam perhitungan suara pemilu lefistatif April 2014 lalu, yaitu Golkar, sungguh partai yang sangat berpengalaman. Puluhan tahun semenjak mantan presiden Soeharto berkuasa hingga kini, kondisi partai beringin tersebut selalu stabil. Tak peduli Presiden berasal dari partai manapun, Golkar pasti bisa menyelip di dalam lingkaran kekuasaan (jangan tulis melakukan manipulasi politik, takut terkena efek hukum, berbahaya – Xiangyi). Bukankah sekarang juga seperti itu? Baru saja pandangan mata menyorot partai PDI Perjuangan dan berhasil mengangkat Jusuf Kalla sebagai Cawapres dari Jokowi, selang hari berikutnya sudah terjadi perubahan besar, Dukungannya telah beralih ke partai Gerindra. Keadaan menjadi semakin panas dan memunculkan berbagai macam pendapat.
Hal ini mengingatkan Xiang Yi tentang sejarah di tahun 2004. Pada saat itu, Jusuf Kalla menjadi cawapres Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono. Golkar sempat terbelah, tapi tak lama kemudian kekuasaan jatuh ke tangan Jusuf Kalla dan Golkar kembali bersatu. Gaya kerja Jusuf Kalla yang tegas dan ‘langsung tindak’ berhasil mengurus banyak hal terlebih dahulu kemudian baru melapor kepada SBY, membuat SBY selaku presiden malah terkesan seperti wakil presiden. Kiranya Pegalaman itu yang mendorong SBY memilih wakil ‘patuh’ pada masa bakti periode berikutnya. Dan kali ini, jika Jokowi – Kalla benar-benar terpilih, dilihat dari jumlah kursi yang diperolehnya, mudah dibayangkan bahwa Golkar akan mendukung di ‘permukaan’, namun bisa saja melakukan langkah kontra di parlemen bilamana kebijakan pemerintah tidak menguntungkan mereka. Sebaliknya jika Prabowo – Hatta yang terpilih, sudah pasti Golkar akan terlibat langsung sebagai operator politik. Bagaimanapun jahe tualah yang pedas. Praktisi Golkar bermain cantik dalam mengatur langkah menghadapi pilpres kali ini (hindari kalimat yang terkesan menjelekkan nama baik seseorang, karena itu Jokowi terjebak tdk perlu dimasukkan). Namun dilihat dari tingkat pengetahuan rata-rata masyarakat Indonesia dan situasi terkini, langkah tersebut tidak akan mengubah hasil pemilu, tetapi kekuatan politik Golkar di masa mendatang tidak bisa disepelekan.
Sebenarnya Xiang Yi tidak ingin membahas hal ini. Namun larut dalam kondisi politik yang sedang panas ini, akhirnya tak kuasa untuk turut mengomentarinya. Kalau begitu, sekalian saja kita bandingkan faktor kerberntuangan (kata nasib bernotasi jelek bagi sebagian orang, terutama kaum nasrani, karena itu kita ganti menjadi faktor keberuntungan) dari keempat calon pemimpin kita.

Jokowi

lahir pada tanggal 21 Juni 1961 di Solo, Jawa Tengah.
Hasta Aksara Selatan Jokowi sebagai berikut:

Bintang Pembantu yang mewakili Harta (才) dan kedudukan (殺) semua berada dalam Kerbau (丑), karena Ayam (酉) yang berada dibawah Diri kayu Yi (乙) berasal dari Kerbau, berarti Harta dan Kedudukan tersebut semua menjadi milik dirinya sendiri, dengan kata lain Jokowi dilahirkan untuk memiliki harta dan kekuasaan, sungguh sebuah setruktur Hasta Aksara yang sangat baik.
Yang sulit dalam membaca Hasta Aksara orang terkenal adalah memperkirakan Jam lahirnya yang tepat. Tanggal lahir Jokowi bisa dilengkapi dengan jam Tikus api (00-01), jam Kambing (13-15) dan jam Anjing (19-21). Hasta Aksara di atas memakai jam Tikus pagi. Sebelumnya saya sering memakai jam Kambing, tetapi jika dilihat dari tingkat popularitasnya yang demikian besar, jam Tikus akan lebih cocok dengan dirinya.
Pada masa periode hidup Ayam logam (Xinyou 辛酉) dan Monyet Logam (Gengshen 庚申), yakni dari 1985 hingga 2004, Ayam dan Monyet keduanya memiliki elemen Logam, membuat Api besar Bing yang berada di atas Tikus tidak mengakar ke cabang bumi, Api tersebut lemah dan tidak dapat mengendalikan bintang pembawa kabar Kekuasaan logam Xin (辛) di pilar tahun, itulah sebabnya 20 tahun tersebut lebih memilih berbisnis perabotan dari pada masuk ke dalam lingkungan kekuasaan.
Begitu masuk tahun 2005, periode hidup Jokowi berubah menjadi Kambing tanah (Jiwei 己未, 2005-2014), Kambing memiliki Api kecil Ding (丁) sebagai elemen tersembunyinya, dengan demikian Api besar Bing (丙) telah mengakar ke cabang bumi dan memiliki kekuatan cukup untuk mengendalikan bintang pembawa kabar Kekuasaan logam Xin (辛), dalam Hasta Aksara berlaku hukum “Apapun yang dapat dikendalikan oleh Diri, itulah yang bisa didapatkan olehnya”, itulah sebabnya Jokowi terpilih menjadi walikota Solo dan memiliki masa jabatan panjang (terpilih untuk ke dua kalinya) hingga tahun 2015. Belum usai masa jabatannya, pada tahun Naga logam (Gengchen 庚辰) 2012, Jokowi mengikuti pemilihan Gubernur Ibukota Jakarta dan akhirnya berhasil menduduki jabatan Gubernur Ibu Kota Negara kita. Pada tahun Kuda kayu (Jiawu 甲午) 2014 ini, Jokowi kembali berhasil menjadi calon presiden terpilih bersaing dengan Prabowo Subianto. Perjalanan Jokowi yang sangat sesuai dengan grafik yang ditunjukkan tanggal lahir tersebut menjadi bukti nyata ungkapan yang berbunyi “Jika masanya tiba, besi tua dalam gengaman pun berubah menjadi emas mulia.”

Categories: Uncategorized