Seorang dosen membawa sekolompok mahasiswanya ke sebuah perkampungan orang hitam. Mereka melakukan penelitian tentang masa depan 200 anak orang hitam di sana. Hasilnya, bisa dikatakan semuanya tidak lulus. Dengan kata lain, mereka semuanya tidak memiliki masa depan yang baik.
50 tahun kemudian, sang dosen tua sudah meninggal dunia. Penerusnya menemukan berkas laporan tersebut dari gudang arsip, atas dorongan rasa ingin tahu ia datang ke perkampungan orang hitam yang miskin tersebut. Ia sangat kaget, kecuali 20 orang telah meninggalkan kampung halamannya sehingga tidak dapat diketahui keadaannya, sisanya 180 orang dari data tersebut ternyata telah menjadi orang yang sangat menonjol di berbagai bidang di kota tersebut, ada yang menjadi banker, pedagang kaya, pengacara terkenal, olah-ragawan yang berhasil dan orang-orang yang sangat menonjol dalam bidang lainnya. Dengan terheran-heran ia mewawancarai sekian banyak orang di antaranya, jawabannya adalah, semuanya berkat seorang guru sekolah dasar mereka.
Sang penerus pun mewawancarai guru sekolah dasar yang dimaksud, saat itu ia telah memasuki usia lanjut, bicaranya pun sudah sulit terdengar jelas. Akan tetapi ada satu kata yang bisa ditangkap dengan baik, yaitu : “Aku mencintai mereka (anak-anak tersebut)”.
Perhatian :
Anak-anak yang telah dinilai tidak memiliki masa depan oleh sebuah penelitian ilmiah, ternyata hampir semuanya berhasil gemilang dalam masyarakat setelah mereka dewasa, hanya karena seorang guru yang benar-benar mencintai mereka.
Hikmah yang bisa dipetik :
Tidak ada orang yang tidak bisa berubah, jika ia sendiri bersungguh-sungguh ingin merubahnya. Dan yang bisa membantu seseorang bersungguh-sungguh mengubah dirinya adalah sebentuk rasa “Cinta” yang mulia.
Jakarta, 11 January 2010
Xiangyi
Categories: Cerita Kebijaksanaan
Leave a Reply